Catatan Ketua Umum

Catatan Ketua Umum
Hidup Berdampingan dengan Bencana: Dari Kesiapan Menuju Ketangguhan 

Dengan keprihatinan yang mendalam, kita kembali dihadapkan pada rangkaian bencana besar yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Peristiwa-peristiwa ini menimbulkan dampak kemanusiaan yang luas, mulai dari korban jiwa, kerusakan lingkungan binaan, hingga terganggunya kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Kejadian tersebut menegaskan bahwa isu kebencanaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari agenda pembangunan nasional. 

Menjelang pergantian tahun, risiko kebencanaan meningkat, yang pada dasarnya dapat dipetakan seiring dengan peralihan musim menuju puncak musim hujan, yang secara berulang meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi, terutama pada periode November hingga Februari. Dinamika ini semakin kompleks dengan adanya anomali iklim global, termasuk kemunculan siklon tropis di wilayah utara dan selatan garis khatulistiwa, yang memperbesar intensitas dan ketidakpastian dampak. Dalam konteks ini, kebencanaan seharusnya tidak dipandang semata sebagai peristiwa yang tak terelakkan, melainkan sebagai risiko yang dapat dikelola dan dikurangi. 

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di kawasan rawan bencana, dengan spektrum risiko yang mencakup bencana tektonik, vulkanik, dan hidrometeorologi. Kenyataan ini menuntut pendekatan pembangunan yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan, tetapi juga pada pengurangan risiko dan peningkatan ketangguhan. Hidup berdampingan dengan bencana pada hakikatnya adalah soal kesiapan, bukan kepanikan. 

Upaya mitigasi menjadi kunci utama dalam meminimalkan dampak bencana. Perencanaan berbasis risiko, penerapan standar bangunan yang aman dan adaptif, serta peningkatan literasi masyarakat terhadap keselamatan lingkungan binaan merupakan langkah strategis yang harus dilakukan secara konsisten. Dengan pendekatan tersebut, berbagai risiko kebencanaan dapat diantisipasi sejak tahap perencanaan, sebelum berkembang menjadi krisis kemanusiaan. 

Penanganan bencana juga perlu dipahami sebagai satu siklus yang utuh, mulai dari mitigasi pra-bencana, tanggap darurat saat bencana, hingga rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Pada setiap tahapan, kualitas lingkungan binaan berperan penting dalam melindungi keselamatan manusia sekaligus mempercepat proses pemulihan. Prinsip build back better menjadi landasan agar proses rekonstruksi tidak hanya memulihkan kondisi, tetapi juga meningkatkan ketangguhan di masa depan. 

Dalam kerangka tersebut, arsitek memiliki tanggung jawab keprofesian untuk hadir dan berkontribusi bagi masyarakat. Peran ini diwujudkan melalui edukasi publik, penyusunan panduan praktis bangunan sederhana tanggap bencana, serta pengembangan prototipe bangunan modular volumetrik multifungsi yang dapat digunakan sebagai rumah sakit lapangan, sekolah sementara, maupun fasilitas publik lainnya yang cepat dideploy, layak, dan adaptif.

Sebagai wujud komitmen tersebut, Ikatan Arsitek Indonesia melalui Pengurus Nasional telah membentuk Tim IAI HADIR sejak tahun 2022. Tim ini disiapkan untuk hadir dan berdampingan dengan masyarakat serta pemerintah dalam seluruh siklus kebencanaan—mulai dari edukasi dan mitigasi, pendampingan pada masa tanggap darurat, hingga proses rehabilitasi dan rekonstruksi—sebagai bagian dari ikhtiar bersama membangun ketangguhan bangsa melalui arsitektur yang bertanggung jawab dan berorientasi pada kemanusiaan. 

Pada saat yang sama, Badan Pengabdian Profesi (BPP) IAI menitikberatkan kontribusinya pada berbagi kapasitas intelektual dan keilmuan arsitek, khususnya melalui riset dan pengembangan bangunan modular volumetrik tanggap bencana. Upaya ini mencakup kajian komponen-komponen konstruksi yang fleksibel, terstandar, dan dapat digunakan lintas fungsi—baik untuk kebutuhan bangunan darurat maupun bangunan permanen—sebagai bagian dari penguatan kesiapsiagaan nasional dan penyediaan solusi arsitektur yang aplikatif serta berkelanjutan. Semoga masyarakat Indonesia senantiasa diberikan perlindungan dan keselamatan, seraya menumbuhkan kesadaran bahwa hidup berdampingan dengan bencana merupakan konsekuensi tinggal di negeri yang indah, kaya, dan dianugerahi sumber daya alam yang melimpah—sebuah titipan yang mengandung amanat bersama untuk dijaga dan dikelola secara bijaksana, bertanggung jawab, dan berkelanjutan demi keselamatan manusia dan kesejahteraan generasi kini serta mendatang.